Tuesday, November 04, 2008

K.E.C.E.W.A

Hari ini menjadi hari yang paling menyedihkan buat diriku. Dah lama tak menangis seperti ini, semenjak jadi umi pada 2 anak. Setiap hari mandengar tangisan anak- anak, bagaikan melodi yang merdu buat jiwaku.

Rupa- rupanya tangisan sendiri tak kan jadi simfoni yang mendamaikan buat diri sendiri.

Meratapi harapan yang punah, hancur luluh jiwa ini. Sungguh, dari dulu lagi aku berdoa, moga diberikan hati yang cukup cekal menghadapi apa jua keputusan yang sudah tertulis. Tapi saat berdepan dengan segalanya, aku jadi tewas. Empangan air mata tetap pecah. Menangislah aku tika mendengarnya, mengetahuinya.

Berbulan- bulan aku menanti, penuh debar apa yang bakal diputuskan. Apakah apa yang aku cita- citakan lewat musim graduasi ku di Jordan dan UIA dulu akan menjadi kenyataan. Setiap hari aku mengharap, dan tak lupa memanjatkan doa.... namun takdirMu ya Allah, mengatasi segala perancangan hamba. Apakah aku tidak cukup layak? Apakah aku tidak cukup berdoa? Atau di sana ada diskrimanasi sebagaimana yang pernah terjadi pada diriku tahun sudah? Oh, Terengganu ku.... aku benar- benar kecewa andai benar aku telah di 'anak tirikan'.

Aku sedar: "KITA MERANCANG, ALLAH JUA MERANCANG, NAMUN PERANCANGAN ALLAH LAH YANG LEBIH TEPAT"

Aku pasrah ya Allah. Sebagai mukmin, aku harus redha dengan qadho' dan qadar yang telah tertulis. Segalanya telah tersedia dalam ilmu Allah dari sejak azali lagi. Cuma pengetahuan hamba yang cukup terbatas tidak memungkinkan hamba mengetahui segala- galanya.

Segalanya telah tertulis, di saat rohku ditiupkan dan dicampakkan ke rahim ibuku. Rezki ku, ajalku, bahagia atau celakakah aku. Allah! Berikan aku kekuatan.

Sabar dan syukur. Itu tanda mukmin bertaqwa.

Namun, aku jua manusia biasa ya Allah, yang berhak merasa sedih dan kecewa. Salahkah aku menangisi kegagalanku? Dan itulah aku saat ini.

"Maaf, nama anda tidak tersenarai...". Sehingga saat ini hanya kata- kata itu yang terngiang2 ditelingaku. Bagaikan kaset yang yang diputar berulang- ulang.

Tuhan, tolonglah aku...
Tuhan, pimpinlah aku...
Tuhan, bangkitkan aku dari kedukaan ini...
Tuhan, tiada daya dan kudratku tanpa pimpinanMu...
Tiadalah bahagiaku tanpa redhaMU...

Ayat 216 Surah Al- Baqarah kembali ku ulang baca mencari kekuatan.
(maksudnya)"Boleh jadi kamu membenci sesuatu, padahal ia amat baik bagimu, dan boleh jadi (pula) kamu menyukai sesuatu, padahal ia amat buruk bagimu; Allah mengetahui, sedang kamu tidak mengetahui."

Abang, terima kasih, kembali mengingatkan aku bahawa Dia itu Maha Penyayang, Maha Pemurah dan tak pernah kedekut terhadap hamba- hambaNya.

Mendongak ke langit. Yang terlihat di mata warna biru putih berseri. Cerah dan mendamaikan. Seolah tak pernah hadir mendung di situ. Sedang malam tadi, hujan lebat turun membawa ke subuh. Esok, belum tahu, cerah atau mendung. Lusa, tulat apatah lagi. Hamba hanya boleh meramal. Tapi, segala ketentuan adalah di tangan Mu ya Allah.

Saat ini, hati ini benar- benar gerimis. Benar- benar kecewa, benar- benar terluka...

Menangislah diriku. Nanti, bangkitlah dan hilangkanlah kecewa yang bersarang. Esok, biarlah kering segalanya, sekering tanah di musim kemarau.

Biar, kalau memang benar didiskriminasi, biar dipinggirkan, diriku takkan lemah dan merayu. Bumi Allah ini luas. Rezki itu bukan di tangan hamba. Khazanah rezqi yang berada di langit dan bumi ini adalah milik mutlak Allah.

Aku harus kembali yakin, yakin dan bertambah yakin bahawa Allah selalu tahu apa yang terbaik untuk hambaNya. Dan Allah akan sentiasa berikan apa yang terbaik buatku. Allah mentaqdirkan yang terbaik buat hambaNya yang beriman, dan jadikan lah aku di kalangan hamba- hambaMu yang beriman.
"Allahummaj'alni min 'ibadikassolihin..."

Aku ingin terbang jauh dari kesedihan ini. Bebas bagai pepatung yang ku lihat bersama anak di tepi rumah tok kelmarin, di tanah lembap yang tumbuh di situ kangkung- kangkung yang subur. Aku ingin terbang bagai pepatung itu, melayang bebas, mengepakkan sayap nipisnya, Biar kecil namun tampak riang dan bebas.

5 Zulkaeddah 1429

2 comments:

alQasam said...

Salam Kak Anis yang disayangi di hati.

Semoga sabar terus....Saya tahu tidak mungkin saya memahaminya walau permohonan saya juga dua kali tanpa jawapan.

Tiada kalam lagi, hanya saya berharap agar ada suatu ganjaran dan rezeki yang maha besar, luas dan barakah buat Kak Anis di depan.

Mereka berbuat begitu atas ketidakadilan biar Allah menilainya.

Semoga kak Anis sabar terus ya...Sesungguhnya merekalah yang rugi kerana tidak mengambil seorang pendidik seperti Kak Anis.

Salam sayang

Kayzem said...

salam..

Allah tidak membebani seseorang melainkan sesuai dengan kesanggupannya..
Al-Baqarah (286)